Selasa, 22 April 2014

cerpen ibu

Suatu ketika, seorang anak bertanya kepada ibunya, "Ibu, 
mengapa ibu menangis?" 
Ibunya menjawab, "Sebab ibu 
adalah perempuan, nak." "Saya tak 
mengerti ibu," kata si anak. Ibunya 
hanya tersenyum dan memeluknya 
erat. "Nak, kau memang tak akan 
mengerti…" 


Kemudian si anak bertanya kepada 
ayahnya. "Ayah, mengapa ibu 
menangis?" "Ibumu menangis 
tanpa sebab yang jelas," sang ayah 
menjawab. "Semua perempuan 
memang sering menangis tanpa 
alasan." 

Si anak membesar menjadi remaja, 
dan dia tetap terus bertanya- 
tanya, mengapa perempuan 
menangis? Hingga pada suatu 
malam, ia bermimpi dan bertanya 
kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa 
perempuan mudah menangis?" 

Dalam mimpinya ia merasa seolah 
mendengar jawapannya: 
"Saat Ku ciptakan wanita, Aku 
membuatnya menjadi sangat 
utama. Kuciptakan bahunya, agar 
mampu menahan seluruh beban 
dunia dan isinya, walaupun juga 
bahu itu harus cukup nyaman dan 
lembut untuk menahan kepala bayi 
yang sedang tertidur." 
"Kuberikan wanita kekuatan untuk 
dapat melahirkan bayi dari 
rahimnya, walau kerap 
berulangkali menerima cerca dari 
si bayi itu apabila ia telah 
membesar." 
"Kuberikan keperkasaan yang akan 
membuatnya tetap bertahan, 
pantang menyerah saat semua 
orang sudah putus asa." 
"Ku berikan kesabaran jiwa untuk 
merawat keluarganya walau dia 
sendiri letih, walau sakit, walau 
penat, tanpa berkeluh kesah." 

"Kuberikan wanita perasaan peka 
dan kasih sayang untuk mencintai 
semua anaknya dalam kondisi dan 
situasi apapun. Walau acapkali 
anak-anaknya itu melukai 
perasaan dan hatinya. Perasaan ini 
pula yang akan memberikan 
kehangatan pada anak-anak yang 
mengantuk menahan lelap. 

Sentuhan inilah yang akan 
memberikan kenyamanan saat 
didakap dengan lembut olehnya." 
"Kuberikan wanita kekuatan untuk 
membimbing suaminya melalui 
masa-masa sulit dan menjadi 
pelindung baginya. Sebab 
bukannya tulang rusuk yang 
melindungi setiap hati dan jantung 
agar tak terkoyak." 

"Kuberikan kepadanya 
kebijaksanaan dan kemampuan 
untuk memberikan pengertian dan 
menyedarkan bahwa suami yang 
baik adalah yang tak pernah 
melukai isterinya. Walau seringkali 
pula kebijaksanaan itu akan 
menguji setiap kesetiaan yang 
diberikan kepada suami agar tetap 
berdiri sejajar, saling melengkapi 
dan saling menyayangi." 

"Dan akhirnya, Kuberikan ia air 
mata, agar dapat mencurahkan 
perasaannya. Inilah yang khusus 
kepada wanita, agar dapat ia 
gunakan bila masa pun ia 
inginkan. Ini bukan kelemahan 
bagi wanita, kerana sebenarnya air 
mata ini adalah "air mata 
kehidupan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar