Senin, 24 Februari 2014

anak sholeh & dua babi yang menjadi orang tuanya

Kisah inspiratif ini datang dari seorang pemuda soleh pada zaman nabi Musa AS. Meski orang tuanya ‘tak lazim’, namun sang pemuda tersebut sangat berbakti kepada keduanya.
Sebagaimana diketahui, Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara dengan Allah Swt. Setiap kali beliau hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah Swt. Beliau sering bertanya dan Allah Swt akan menjawab pada waktu itu juga.
Suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, siapakah orang di surga nanti yang akan bersama denganku?”
Allah pun menjawab dengan mengatakan sebuah nama seseorang serta nama tempat tinggalnya. Setelah mendapatkan jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mencari tempat itu. Setelah beberapa hari perjalanan, akhirnya Nabi Musa sampai ke tempat yang dimaksud.
Dengan pertolongan beberapa orang penduduk, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Tuan rumah itu tidak melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dirawatnya dengan baik.
Nabi Musa terkejut melihatnya, “Apa yang terjadi?” Nabi Musa berbisik dalam hatinya dengan penuh keheranan.
Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk dan dicium kemudian diantar kembali ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta dicium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudian diantar kembali ke dalam kamar.
Selesai itu barulah dia melayani Nabi Musa, “Wahai saudara! Apa agamamu? Aku agama Tauhid” jawab pemuda itu yang bermakna agama Islam.
“Terus, mengapa kamu memelihara babi? Kita tidak boleh berbuat itu!” Kata Nabi Musa.
“Wahai tuan hamba”, kata pemuda itu. “Sebenarnya kedua babi itu adalah kedua orang tuaku. Karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah Swt telah mengubah wajah mereka menjadi babi yang buruk rupa. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah Swt. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Setiap hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun wajah mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku,” sambungnya.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah Swt agar mereka diampuni. Aku memohon supaya Allah mengembalikan wajah mereka menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkannya,” tambah pemuda itu lagi.
Maka seketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s.
‘Wahai Musa, inilah orang yang akan tinggal bersamamu di Surga nanti, karena dia sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Meskipun orang tuanya sudah berwajah buruk menjadi babi, dia tetap berbakti. Oleh karena itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak shaleh disisi Kami.”
Allah berfirman lagi yang artinya : “Karena dia berada di maqam anak yang shaleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua orang tuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam surga.”
Subhanallah… semua itu berkat kesholehan sang pemuda. Doa anak yang shaleh memang dapat menebus dosa orang tuanya. Yang awal mulanya akan dimasukkan ke dalam neraka, akhirnya dipindahkan ke surga. Doa anak sholeh pun menjadi salah-satu amalan yang tak bakal putus pahalanya sampai meninggal, selain ilmu yang bermanfaat dan sodakoh jariyah.
Maka… seburuk apa pun kedua orang tua kita itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Sebanyak apa pun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita. Urusan kita adalah meminta ampun kepada Allah Swt atas dosa kita sendiri dan dosa-dosa kedua orang tua kita.
Bagaimanapun… darah, keringat dan bakti seorang anak tak kan mampu membayar lunas pengorbanan kedua orang tua. Harta melimpah dan jabatan menjulang pun pun tak kan menjamin keselamatan dan kenyamanan kedua orang tua. Satu-satunya usaha untuk ‘mengapresiasi’ kebaikan kedua orang tua yaitu doa tulus agar keduanya mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt.
Semoga kita dan kedua orang tua bisa kembali disatukan di syurga. [*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar