Selasa, 22 April 2014

kesabaran ayah anak serta burung gagak

Di suatu sore hari pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang masih muda yang baru saja diwisuda akan kelulusannya pada perguruan tinggi ternama di kota itu. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Saat mereka berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya,




“Nak, apakah benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras.

“Itu burung gagak, Ayah!”

Tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.

Si  anak  merasa sedikit  bingung  dengan  pertanyaan  yang  sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,

“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.

tidak  lama kemudian, sang  ayah sekali lagi mengajukan  pertanyaan  yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada sang ayah,

“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????

Itu burung gagak Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Kemudian si   ayah   lalu   bangun   menuju   ke   dalam   rumah   meninggalkan   si   anak   yang kebingungan.Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama.

Sambil menunjuk pada suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,”.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.

“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,

“Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,

“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu”

Lalu si anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa yg telah ia perbuat.

Dalam hidup, kesabaran adalah salah satu point penting untuk meraih kesuksesan. Anda ingin sukses dalam pendidikan, maka sabarlah dalam belajar. Cernalah pelajaran satu demi satu. Ingin sukses dalam berkarir, bersabarlah dalam menyumbangkan yang terbaik. Ingin sukses dalam kehidupan dunia agar berhadiahkan surga? maka bersabarlah dalam mentaati perintah Allah dan bersabar dalam beribadah kepadaNYa.

ibu memandang gunung

IBU memandang gunung dari beranda. Di mata beliau gunung dan juga bukit mendekat dan mendekat, lalu merunduk. Lengkap dengan pohonan, daun, serta batu-batunya. "Lihat, lihat!" seru ibu. "Bahkan gunung tidak kuat menahan getar rinduku!"
Adik-adik tercengang, saling pandang. Adik-adik merasa iba sekaligus cemas. Tapi ayah tidak menoleh. Cuma mendengus. Bagi ayah rindu justru sesuatu yang suka ngelunjak tak ubahnya penjajah, yang dulu ia perangi habis-habisan di masa revolusi. Diberi kaki minta paha, diberi paha mau hati. Lantas mengebat, mendikte, menguasai. "Padahal, orang harus bebas!" ujar ayah. "Siap sendiri, kapan saja di mana saja. Sebab lahir dan mati juga sendiri-sendiri!"
Terdengar gagah, dingin, dan kukuh. Tapi sebetulnya tidak. Itu cuma semacam keangkuhan, atau kepura-puraan lelaki belaka. Sebutlah masih bagian dari superioritas laki-laki, yang selama ini ditonjol-tonjolkan
Nyatanya, di hari keberangkatanku dan sebelumnya saudara-saudaraku, justru ayah yang banyak petuah. Sementara ibu hanya menatap, seakan memetakan wajah-wajah kami lekat-lekat dalam benak. Sekaligus menyalakan suluh pada jalan pulang, supaya anak-anaknya tetap ingat dan tidak tersesat. Dan dalam petuahnya antara lain disebut-sebut ayah harapan untuk mendapat surat . "Lebih afdol lagi bila dalam tempo-tempo tak terlalu lama, kalian sendiri yang datang berkunjung," tambah beliau, meski tidak diucapkan dengan mata berkaca-kaca atau suara terbata, melainkan tetap dengan rahang yang kukuh. Serta mata yang menatap lurus.
"Mengapa begitu, Yah?" adikku terkecil bertanya.
"Karena itu yang tersisa bagi orang tua," sahut ayah. "Berita. Lebih-lebih rupa, dan suara. Lainnya tentu lenyap. Milik kalian, seiring usia."
"Aku tak mengerti, Yah."
"Kau terlalu kecil untuk mengerti," kata ayah.
Adik terkecil tak berkata lagi. Mungkin benar waktu itu dia masih terlalu kecil buat mengerti. Tapi aku paham. Malah juga getar suara ayah, helaan napas, serta sorot matanya, aku pahami.
Karena itu, sewaktu ibu menatap gunung dan gunung di mata beliau mendekat lalu merunduk seperti hendak sujud, ayah sebenarnya pura-pura tidak peduli. Dapat dipastikan diam-diam ia pun menatap gunung, entah kapan dan di mana. Dan saat ibu berucap "bahkan gunung pun tidak kuat menahan rinduku" dengan mata gabak (lalu turun menjadi hujan, juga mengalir jadi sungai), ayah hanya berlagak saja mendengus. Hati beliau sebenarnya kuyup bergetar, bisa jadi bak gambaran sajak penyair Prancis itu: air mata dalam kalbuku, bagai hujan di atas kota .
Anehnya, menurut adikku terkecil, ibu pun bagai tidak tahu. Atau beliau pura-pura tidak tahu, lantaran berniat menohok keangkuhan atau kepura-puraan lelaki yang ditunjukkan ayah. "Memang," kata ibu kemudian menyindir. "Dalam petuah lama itu ayah juga tidak disebut-sebut. Hanya: kasih anak sejangkauan, sayang ibu sepanjang jalan."
Ayah ketawa sumbang, tak kuasa terbahak. "Bukan di situ soalnya," ia bilang.
"Lalu, di mana?" ibu menantang.
"Kupikir...."
"Ini masalah rasa," sergah ibu tangkas. "Tidak terselami oleh pikiran."
"Ya, ya." Ayah akhirnya manggut-manggut, tapi tampak goyah. "Kurasa... ya, lantaran selalu dituruti, tanpa sadar bahayanya," dia bilang. "Padahal, rindu adalah air laut, makin dahaga kalau diminum. Tidak. Rindu adalah penjajah. Orang akan dikebat dan didiktenya bila terus dituruti!"
"Itu hitungan akal," jawab ibu. "Sudah kubilang, pikiran tidak akan sampai ke sana . Tidak mampu menyelesaikan."
"Dan perasaan?"
"Perasaan adalah naluri," kata ibu. "Pada makhluk tidak berakal sekalipun ada naluri. Namun naluri paling dahsyat, mulia sekaligus nikmat, walau kadang mendera, hanya bersemayam di hati seorang ibu. Lain pihak, tidak. Kecil saja, sekadarnya saja. Cukup asal memiliki."
Ayah mendengus lagi. Lalu diam memandang halaman. Ibu sendiri tampaknya sudah puas, tidak lagi bicara, serta kembali memandang gunung. Dan menurut adikku, sejak itu kedua orang tua kami sering terlihat saling diam, meski sama-sama duduk di beranda. Dan terkadang malahan berdampingan.
Masing-masing seolah sibuk sendiri. Ibu dengan mata tidak lepas memandang gunung; ayah baca koran, buku, atau majalah. Herannya, walaupun mata ibu terlihat gabak, tapi ketika berdua-dua begitu tak terdengar lagi beliau berucap: "Lihat, bahkan gunung pun tak kuat menahan rinduku". Dan ayah pun, yang sedang membaca, seperti tidak beranjak matanya dari satu halaman ke halaman lain, bahkan dari satu kata ke kata lain."Keduanya bukan hanya seperti melamun, akan tetapi juga seolah-olah tengah menyelesaikan sesuatu yang amat berat, dan berkecamuk dalam diri masing-masing," kata adikku.
Konon, berhari-hari berpekan-pekan berbulan-bulan bahkan bertahun ayah dan ibu seperti itu. Sampai uban di kepala mereka tambah banyak, dan adikku terkecil itu tumbuh remaja, serta tinggal dia satu-satunya dari sepuluh saudaraku yang menemani ayah dan ibu. Sedang kami semua saudaranya sudah merantau, bertebaran di berbagai pelosok negeri dan dunia. Berkeluarga, dan juga beranak pinak di rantau, hingga jalan pulang tinggal samar-samar saja dalam ingatan, tak ubahnya kelap-kelip dian di gelap malam.
Lalu pada suatu hari, dengan mata tidak juga lepas dari gunung dan bukit yang menghijau di selatan kota kami, terdengar ibu menarik napas. Lantas berucap lambat-lambat, bak menanam sesuatu dalam diri: "Rindu adalah air laut. Tidak. Bukan. Rindu tidak ubahnya penjajah...."
"Itu tak benar!" ayah seketika menyanggah, seakan telah menyiapkan jawaban itu sejak lama.
"Tidak benar?" Ibu menoleh padanya, untuk pertama kali setelah sekian lama.
"Tidak benar!" Ayah menggeleng. "Itu berlebih-lebihan. Terlalu dibuat-buat!"
"Siapa melebih-lebihkan? Siapa yang membuat-buat?"
"Aku."
"Ah." Ibu mengeluh. Menarik napas. "Lantas, apa ini namanya yang mengebat dan tiap waktu menderaku?" tanya beliau.
"Ia memang mengebat, mungkin juga mendera, tapi tak menjajah," sahut ayah. "Ini takdir para orang tua. Siapapun, di manapun, dan kapanpun. Inilah takdir kita."
"Kita?" Ibu kembali menatap ayah dengan mata tak berkedip.
"Ya, kita!" balas ayah seolah hendak meledak. "Mengapa selama ini berpikir, hanya semata-mata ibu yang menanggung? Amat tidak adil. Petuah lama itu mestinya berbunyi: rindu anak setikungan, rindu orang tua sepanjang jalan. Dan orang tua itu adalah ayah, beserta ibu."
"Ibu beserta ayah," bilang ibu.
"Sama saja," balas ayah. "Ibu beserta ayah juga boleh!"
Perlahan-lahan ibu tersenyum, untuk pertama kalinya pula setelah sekian lama. Sejak mereka biasa duduk berdua saling diam.
Kemudian gerimis turun di kota kami, juga kabut, sehingga segalanya berubah menjadi putih. Sebetulnya bukan suatu yang luar biasa bagi kota kami. Tapi kini jadi peristiwa luar biasa. Bukit dan gunung tidak lagi kelihatan, lenyap di balik kabut serta gerimis, yang menderai bagai jarum-jarum halus. Begitu juga rumah, gedung, kantor, pohon, daun, semua putih. Ayah dan ibu membisu di beranda, duduk berdampingan, menyimak cuaca dengan seksama. Wajah mereka sendu. Pun mata dua orang tua itu, terlihat sayu. Lalu angin bertiup dan matahari mencorong pula. Alam seakan asyik bermain warna-warna. Kini rumah-rumah tampak lagi, berwarna-warni. Gunung dan bebukitan di selatan kota kami muncul kembali, menyajikan warna hijau tua maupun hijau muda yang bersih. Amat bersih, basah, dan segar.
"Lihat! Lihat!" ucap ayah bergetar. "Bahkan bukit-bukit dan gunung pun tidak kuat menanggung rinduku. Kini muncul mereka kembali!" Mendengar itu ibu tak lagi terpana dan tercengang. Dipegangnya lengan ayah, ditepuknya pelahan-lahan. Mereka lalu sama-sama memandang bukit dan gunung. Berdua. Tak bicara, hanya berpegang tangan. Dan sampai senja.
"DEMIKIANLAH, aku ceritakan semua ini lebih rinci kepadamu, seperti juga kusampaikan kepada saudara-saudara kita yang lain," kata adikku terkecil lewat surat. "Karena akulah saksi semua itu. Sejak berbilang tahun. Sejak kau dan saudara-saudara kita berangkat satu-satu meninggalkan rumah, dan tak pernah kembali --atau kalaupun ada, jarang sekali. Dan mudah-mudahan, dengan ceritaku ini dapat lagi kau lihat suluh yang dinyalakan ibu itu pada jalan pulang. Bagiku sendiri cahayanya tetap benderang, tidak pernah pudar."
"Penyair terkenal itu memang pernah berujar," lanjut adikku. "Bahwa anakmu bukanlah anakmu ... dan seterusnya. Dan tanpa berniat mau jadi penyair, tapi aku pun ingin mengatakan di sini: ibu, juga ayah, adalah hati yang tidak lekang menunggu, kendati sadar tidak memiliki . Seperti ditulis penyair itu, anak adalah milik kehidupan. Namun, Saudaraku, kita juga akan menjadi tua. Dan tahu kelak, bagaimana hati yang tidak pernah lekang dalam menunggu."
Tiba-tiba aku sadari betapa lekasnya waktu berlalu, dan aku mabuk bergulung-gulung di dalamnya, sibuk. Hingga masa lalu semakin sayup bagai ekor tikus. Sudah berapa lamakah sejak aku berangkat meninggalkan rumah ibu? Ah. Dan lalu, kini, pun terngiang ujar ayah: "Sebab hanya itu yang tersisa bagi orang tua, Nak. Berita. Lebih-lebih rupa, dan *

cerpen ibu

Suatu ketika, seorang anak bertanya kepada ibunya, "Ibu, 
mengapa ibu menangis?" 
Ibunya menjawab, "Sebab ibu 
adalah perempuan, nak." "Saya tak 
mengerti ibu," kata si anak. Ibunya 
hanya tersenyum dan memeluknya 
erat. "Nak, kau memang tak akan 
mengerti…" 


Kemudian si anak bertanya kepada 
ayahnya. "Ayah, mengapa ibu 
menangis?" "Ibumu menangis 
tanpa sebab yang jelas," sang ayah 
menjawab. "Semua perempuan 
memang sering menangis tanpa 
alasan." 

Si anak membesar menjadi remaja, 
dan dia tetap terus bertanya- 
tanya, mengapa perempuan 
menangis? Hingga pada suatu 
malam, ia bermimpi dan bertanya 
kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa 
perempuan mudah menangis?" 

Dalam mimpinya ia merasa seolah 
mendengar jawapannya: 
"Saat Ku ciptakan wanita, Aku 
membuatnya menjadi sangat 
utama. Kuciptakan bahunya, agar 
mampu menahan seluruh beban 
dunia dan isinya, walaupun juga 
bahu itu harus cukup nyaman dan 
lembut untuk menahan kepala bayi 
yang sedang tertidur." 
"Kuberikan wanita kekuatan untuk 
dapat melahirkan bayi dari 
rahimnya, walau kerap 
berulangkali menerima cerca dari 
si bayi itu apabila ia telah 
membesar." 
"Kuberikan keperkasaan yang akan 
membuatnya tetap bertahan, 
pantang menyerah saat semua 
orang sudah putus asa." 
"Ku berikan kesabaran jiwa untuk 
merawat keluarganya walau dia 
sendiri letih, walau sakit, walau 
penat, tanpa berkeluh kesah." 

"Kuberikan wanita perasaan peka 
dan kasih sayang untuk mencintai 
semua anaknya dalam kondisi dan 
situasi apapun. Walau acapkali 
anak-anaknya itu melukai 
perasaan dan hatinya. Perasaan ini 
pula yang akan memberikan 
kehangatan pada anak-anak yang 
mengantuk menahan lelap. 

Sentuhan inilah yang akan 
memberikan kenyamanan saat 
didakap dengan lembut olehnya." 
"Kuberikan wanita kekuatan untuk 
membimbing suaminya melalui 
masa-masa sulit dan menjadi 
pelindung baginya. Sebab 
bukannya tulang rusuk yang 
melindungi setiap hati dan jantung 
agar tak terkoyak." 

"Kuberikan kepadanya 
kebijaksanaan dan kemampuan 
untuk memberikan pengertian dan 
menyedarkan bahwa suami yang 
baik adalah yang tak pernah 
melukai isterinya. Walau seringkali 
pula kebijaksanaan itu akan 
menguji setiap kesetiaan yang 
diberikan kepada suami agar tetap 
berdiri sejajar, saling melengkapi 
dan saling menyayangi." 

"Dan akhirnya, Kuberikan ia air 
mata, agar dapat mencurahkan 
perasaannya. Inilah yang khusus 
kepada wanita, agar dapat ia 
gunakan bila masa pun ia 
inginkan. Ini bukan kelemahan 
bagi wanita, kerana sebenarnya air 
mata ini adalah "air mata 
kehidupan."

pengorbanan seorang ibu



Seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan bertanya kepada dokter,
” Bisa saya melihat bayi saya ?”
Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
***
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi.
Anak lelaki itu terisak-isak berkata,
” Ma, seorang anak laki-laki besar mengejek saya. Katanya, saya ini makhluk aneh.”
***
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas.
Ibunya mengingatkan,
” Bukankah nantinya kamu akan bergaul dengan remaja-remaja lain ?”
Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.
Dokter itu berkata,
” Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya.”
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya.
Sang ayah berkata,
” Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia.”
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan.
Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya,
” Pa, saya harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua pada saya. Orang itu telah berbuat sesuatu yang besar namun saya sama sekali belum membalas kebaikannya.”
Ayahnya menjawab,
” Papa yakin kamu takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.”
Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
” Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagi kamu untuk mengetahui semua rahasia ini.”
***
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu.
Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang
Pages: next page »
ibu tidak memiliki telinga.
Sang ayah berbisik,
” Mama kamu pernah berkata bahwa Mama senang sekali bisa memanjangkan rambutnya. Dan tak seorang pun menyadari bahwa Mama telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan ?”
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam batin. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada perbuatan kasih yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada perbuatan kasih yang telah dikerjakan namun tidak diketahui….

dlanggu wisata desa mojekerto

Wisata Desa Mojokerto, seperti itulah kebanyakan orang mengenalnya. Sebuah tempat wisata yang terletak di Desa Randugenengan Kec Dlanggu Mojokerto. Masih tetangga desa dengan desa yang saya tempati, Pohkecik. Saya sendiri sudah lama mengetahui nama wisata desa, namun baru satu kali saat hari minggu tanggal 17 November 2013 kemarin bersama istri dan anak saya Hayyu.

wisata desa mojokerto
gambarnya dari situs wisata desa :wisatadesamojokerto.wordpress.com

Lokasi wisata desa mojokerto mudah diakses baik dari arah Jombang, Surabaya, Mojosari dan Dlanggu. Dari arah selatan bisa melewati Pohkecik gang 1 lurus nanti tembus balai desa Randugenengan belok kiri. Dari arah Jombang, Surabaya dan Mojokerto kota silakan anda menuju Perempatan desa Tangunan terlebih dahulu. Dekat dengan SMP Puri, nah letak wisata desa berada di belakang SMP Puri, kurang lebih 1 km arah belakang SMP Puri. Wisata Desa Mojokerto memiliki wahana permainan anak-anak, kolam renang anak dan dewasa serta outbond. Untuk tiket masuk menuju lokasi wisata desa, khusus dewasa seharga Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) sedangkan untuk anak-anak seharga Rp 8.000 (delapan ribu rupiah). Kami yang membawa anak kurang dari tiga tahun, cukup membayar 2 karcis saja.

Suasana didalam wisata desa cukup sejuk dan asri karena banyak pohon yang cukup lebat. Perlu diketahui wisata desa ini bukan wisata alam, melainkan wisata buatan yang terletak jauh dari keramaian kota. Udaranya masih belum tercemar polusi asap kendaraan bermotor.

Maksud kami mengunjungi wisata desa hanya untuk mengetahui keingintahuan kami tentang wisata desa. Berhubung ada kolam renangnya, sekalian saya nyebur di kolam renang, begitu mengenalkan Hayyu pada renang. Rasa kangen terhadap renang setelah setahun lebih saya tidak berenang membuat saya kegirangan saat berenang. Saking semangatnya, saya keluarkan kemampuan saya dalam satu kali putaran kolam renang standart. Hasilnya, badan malah tidak bugar melainkan boyok saya terasa sakit karena saya tidak melakukan pemanasan. Nafas ngos-ngosan membuat saya sadar diri dan tidak melanjutkan berenag di kolam standar, berenang di kolam anak-anak lebih mengasyikkan. Gaya berenang saya cukup dengan gaya bebas (baca: bebas tenggelam) dan gaya dada.
Setelah rasa penasaran kami terhadap wisata desa mojokerto terbayar, kami memutuskan untuk pulang karena langit sudah disambut dengan mendung.

tempat wisata pacitan

Kabupaten Pacitan terletak di ujung Barat Daya Provinsi Jawa Timur, Wilayah bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Di Timur Kabupaten trenggalek, Di Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan di Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Jateng). Kota yg terbagi menjadi 12 kecamatan ini memiliki pesona wisata yg sangat menakjubkan, Tak banyak orang tau memang mengenai keindahan wisata kabupaten Pacitan ini. Wisata Alam seperti Pantai dan Goa merupakan andalan kabupaten pacitan di sektor pariwisata. Kota yg juga dijuluki Kota 1001 Goa ini benar-benar memiliki keindahan yg tiada tara dalam hal wisata alam pantai. 

Sayang memang, obyek wisata yg begitu mempesona ini masih belum bisa menjadi primadona di sektor wisata khususnya jawa timur. Padahal jika dibandingkan daerah lain, wisata alam pantai di Pacitan sangat jauh lebih menakjubkan dan membuat kita berdecak kagum. Bahkan, pantai disana sangat alami dengan pasir putih nan lembut berpadu air yg bening serta panorama keindahan batu yg nampak seperti mengapung di lautan. Sangat sempurna. Tak hanya itu, kabupaten Pacitan juga menawarkan kemegahan Goa nya, seperti Goa Gong, Goa terbesar di Asia ini sangat mempesona dengan batu-batu yg terbentuk indah alami oleh tetesan air, membuat mata seakan tak percaya dan takjub menyaksikan maha karya Tuhan yg maha besar. 



1.Goa Gong

Goa Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Donorejo, sekitar 140 km arah selatan kota Solo atau 30 km arah Barat Daya Kota Pacitan.
Dinamakan Goa Gong karena didalamnya terdapat sebuah batu yang jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti Gong yang ditabuh. Perjalanan menuju goa ini relatif mudah, dengan jalanan setapak yang sudah diperbaiki dengan baik.
Sepanjang jalan menuju Goa Gong akan melewati daerah perbukitan yang dengan goa-goa di dalamnya. Goa-goa di Pacitan ini pada umumnya terbentuk dari jenis batuan Karst, batu yang tampak hitam dan sangat keras. Pada awal mulanya Goa Gong diketemukan oleh dua orang penduduk lokal yang tanpa sengaja sedang ingin mencari sumber air.
Jangan membayangkan keadaan goa yang gelap dan menakutkan, karena saat masuk ke mulut goa yang sejauh 300 M, pengunjung akan menikmati goa Gong ini dengan nyaman.
Tidak benar-benar terang, tapi goa Gong di fasilitasi dengan cahaya lampu yang temaram di sepanjang jalan masuknya. Hal ini yang menjadikan goa Gong lain dari goa-goa yang lain di Pacitan.
 
2.Goa Tabuhan

Goa ini terletak sekitar 30 km dari Kota Pacitan, tidak terlalu jauh dari Goa Gong dan hanya memiliki 2 ruangan besar.
Tempat itu mulai ramai dikunjungi orang sejak 1998, dan awalnya bernama Goa Tapan, karena sering dipakai orang untuk bertapa. Seiring dengan berjalannya waktu, goa ini lebih terkenal dengan goa Tabuhan karena sering digunakan warga setempat untuk kegiatan kesenian, dengan cara memukul stalagtit di dalam goa hingga mengeluarkan suara seperti gamelan.
Goa Tabuhan berlokasi di bukit kapur Tapan dengan pembentukan stalagtit dan stalagmit yang diyakini sudah berlangsung beratus tahun lalu, karena adanya reaksi kimia antara hujan dan mineral kapur. Dengan panjang rata-rata hingga tujuh meter dan diameter hingga satu meter, stalagtit dan stalagmit di goa yang termasuk wilayah Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, sekitar 25 kilometer arah barat kota Pacitan ini tampak menyerupai pilar-pilar raksasa yang sangat menakjubkan.

3.Goa Putri

Goa Putri adalah goa yang di dalamnya terdapat keindahan panorama stalagtit dan stalagmit yang cukup indeh. Goa ini dinamakan sebagai Goa Putri karena di dalam Goa stalagtit dan stalakmit nya konon mempunyai bentuk yang mirip seorang putri dan juga ditemukan tempat peristirahatan yang ada di dalam goa milik seorang putri.



OBYEK WISATA PANTAI DI PACITAN

1.Pantai Klayar

Pantai Klayar berada di Kecamatan Donorojo, sekitar 35 km ke arah barat Kota Pacitan, dan dapat dicapai sekitar 60 menit dari kota pacitan
Klayar adalah pantai eksotik dengan hamparan pasir putih, batu karang yang menyerupai Sphinx, karang bolong, seruling laut dan air mancur alami setinggi 10 meter.


 
Hamparan pasir putih yang luas membentang, lembut sekali pasirnya. Lintasan geologi di sekitar Pantai Klayar menawarkan pemahaman terhadap morfologi pantai yang dipengaruhi oleh struktur geologi dan gejala pengangkatan aktif pantai selatan. Pengangkatan ditunjukan oleh tersingkapnya endapan batu-gisik (beach-rock), yang sebagian permukaanya ditutupi oleh rumput laut.
Di pantai dengan pasir putih ini Anda juga dapat menikmati pemandangan yang cukup menarik. Di sisi barat, Anda dapat naik ke atas bukit untuk melihat pemandangan ke arah laut lepas atau pemandangan di sekitar pantai Klayar. Di sisi timur Anda dapat naik ke batu karang. Di tempat ini terdapat semacam air mancur yang berasal dari lubang batu karang yang terkena hempasan ombak pantai selatan.
Efek blow pipe di pantai ini menghasilkan semburan air setinggi belasan meter yang diikuti bunyi melengking. Semburan mirip geyser. Ini terjadi secara periodik.

Fenomena itu disebabkan oleh tertekannya air laut dan udara yang terjebak di dalam saluran di sepanjang retakan batuan oleh gelombang. Abrasi yang mengikis bongkahan batuan membentuk aneka ragam bangun yang disebut tafon

Tipikal pantai Klayar adalah pantai yang dapat dinikmati dari sisi pemandangan dan suasananya, bukan tipikal pantai yang cocok untuk berenang. Kalau Anda senang dengan dunia fotografi, pantai ini cocok untuk diabadikan dalam kamera.


Di samping itu juga ada air mancur alam .Air mancur ini terjadi karena gelombang tekanan udara di laut yang menghantam batu batuan berongga. Ketinggian air mancur yang dapat mencapai sekitar 10 meter dan bisa menghasilkan gerimis dan embun air laut ini, oleh masyarakat sekitar diyakini memiliki kualitas khusus sebagai obat awet muda.
Jarak pantai Klayar dari Yogyakarta kurang lebih sekitar 110 km, dengan rute Jl. Wonosari – Pathuk – Wonosari – Pracimantoro

 Diantara beberapa pantai lain di Pacitan, menurut saya pantai Klayar merupakan pantai yang paling menarik pemandangannya karena Hamparan pasir putih membentang dengan ombak sejernih kristal memecah dibibir pantai,dan diapit bukit bukit karang. Anda yang menyukai wisata pantai dijamin tidak menyesal mengunjungi pantai ini. 



2.Pantai Teleng Ria
Berjarak sekitar 5 menit dari pusat kota Pacitan, atau sekitar 3,5Km, Pantai Teleng Ria merupakan obyek wisata yang paling banyak di kunjungi saat berada di Pacitan.
Pantai ini berhadapan langsung dengan Pantai Selatan, dengan hamparan pasir putih sepanjang 3Km. Ombak di pantai inipun cocok bagi mereka yang ingin berenang atau hanya untuk bermain-main di kala liburan keluarga. Pemandangan yang melatarbelakangi pantai inipun tak kalah indah, karena disekitarnya dikelilingi oleh rangkaian gunung Limo.
Selain sebagai obyek wisata, Pantai Teleng Ria ini juga dijadikankan untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar yang baru di tangkap oleh para nelayan.


3.Pantai Srau
Pantai Srau terletak 25 km dari kota Pacitan, tepatnya di Desa Candi, Kecamatan Pringkuku. Pantai Srau memiliki 3 lokasi pantai. Di bagian timur untuk melihat matahari terbit, di bagian barat untuk melihat matahari terbenam, dan yang bagian tengah memiliki pemandangan luas ke laut lepas, ditambah batu-batu besar yg berdiri gagah di tengah laut.
Perjalanan menuju pantai ini agak sulit untuk dijangkau, karena jarang dilewati oleh angkutan umum. Disepanjang perjalanan akan melewati pinggirang hutan yang hijau dan rindang, jauh dari pemukiman penduduk. Pantai Srau merupakan pantai yang jarang dikunjungi dan terbilang masih perawan. Oleh karena itu, keasriannya masih benar-benar alami.
Terdapat t ebing-tebing yang tinggi dan banyak tanaman liar khas pantai yang masih terlihat lebat dan alami. Selain itu, banyak sekali pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni yang setiap kali dihujam oleh kerasnya ombak, akan menambah keelokan panorama pantai tersebut.
 4.Pantai Banyu Tibo
Pantai Banyu Tibo, Letak di Area Donorojo, Desa Widoro perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur . Akses jalan menuju Pantai tersebut lumayan bagus , kendaraan roda 4 aja bisa masuk ke Area Pantai Banyu Tibo. Area Pantai Banyu Tibo ini cukup menarik dan terkesan indah . Area Pasir putih yang menawan di hiasi akan bebatuan indah mirip dengan sebuah ukiran di kayu.

Artikel Di ambil dari: http://1001goa.blogspot.com/2011/08/pantai-banyu-tibo.html
Copyright 1001goa.blogspot.com Under Common Share Alike Atributio
 Pantai Banyu Tibo, Letak di Area Donorojo, Desa Widoro perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur . Akses jalan menuju Pantai tersebut lumayan bagus , kendaraan roda 4 aja bisa masuk ke Area Pantai Banyu Tibo. Area Pantai Banyu Tibo ini cukup menarik dan terkesan indah . Area Pasir putih yang menawan di hiasi akan bebatuan indah mirip dengan sebuah ukiran di kayu.


 Apalagi dihiasi akan air terjun yang jernih yang mengalir ke Pantai lepas . Konon Pantai ini telah di Huni Nyai Roro kidul menurut warga-warga setempat Ngeri juga tapi asyik yang penting kita harus bisa berpasrah diri sepenuhnya ke pada Tuhan yang Esa. Memang lokasi ini jarang ada pengnjung, karena pengunjung tidak tau pasti kalau di area ini menyimpan keindahan yang luar biasa.


 Nah , Foto di samping adalah air terjun yang berasal dari pegunungan airnya jernih sekali,airnya itu langsung menuju ke Area Pantai lepas Pantai Banyutibo tersebut. Indah bukan pasti kalian pengen sekali untuk mengunjunginya.
pesisir pantai dihiasi lempengan bebatuan , seakan keindahan ini dilukis . Subahanalloh Sobat keagungan Tuhan Yang Maha Esa begitu besar.
5. Pantai Buyutan

Pantai Buyutan merupakan pantai yang terletak di sebelah barat pantai Klayar, jaraknya tidak lebih dari 10 km.
Untuk menuju pantai Buyutan, dari jalan utama harus masuk ke jalan kampung sepanjang kurang lebih 3 km dengan kondisi jalan yang sangat berantakan. Mungkin hanya beberapa ratus meter aja jalan yang masih agak layak, selebihnya kayak medan off road melewati pinggir kampung dan sawah.
Saat sampai ke pantai Buyutan untuk menuju area pantai dari tempat parkir harus turun terlebih dahulu. Jadi tempat parkirnya ada di atas dan pantai ada di bawah. Tingginya mungkin tidak lebih dari 100 meter, tapi waktu turun menuju pantai mesti berhati-hati karena jalan setapak yang ada sedikit licin.
Pantai Buyutan ini masih sangat sepi,Mungkin karena nama pantai ini masih belum begitu dikenal dan juga kondisi jalannya masih jelek sehingga tidak banyak orang yang mau berkunjung ke pantai ini. Di sini sama sekali belum ada orang jualan, jadi kalau Anda ingin berkunjung ke sini sebaiknya sudah bawa bekal.
Seperti halnya pantai-pantai lain di Pacitan, Buyutan juga merupakan pantai dengan pasir putih dengan panjang pantai yang cukup panjang. Di sebelah kanan (atau barat) terdapat beberapa batu karang yang saat sedang pasang hanya terlihat bagian atasnya aja.
  

Gambar 1.
Pantai Buyutan jika dilihat dari atas
Gambar 2.
 Pantai Buyutan jika dilihat dari atas.
Batu Karang yang terletak dipantai buyutan yg menyerupai masjid.
  


 6. Pantai Watukarung

 Satu lagi potensi wisata yg dimiuliki oleh kota seribu gua Pacitan, sebuah pantai yg terletak sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota menuju dusun watukarung sebelah barat daya kota pacitan, daerah itu biasa disebut dengan pantai pasir putih watukarung, terletak di dusun watu karung, sebelum mencapai lokasi kita akan disuguhi pemandangan gunung batu batu karang di sekitar kanan kiri jalan menuju lokasi, jalanan menuju lokasi melewati daerah pinggiran yg bagus jalannya, dengan sedikit sekali lubang dan jalan rusak, satu hal yg memberikan nilai plus terhadap tempat wisata yg satu ini, tempat wisata ini masih jarang dikunjungi, bisa terlihat dari tak adanya restribusi masuk lokasi, daerahnya juga bisa dibilang masih “perawan”.

 pasir putihnya yg membentang di seluruh bibir pantai dan karang karang raksasa di sepanjang horizon pantai menambah keindahan sebuah pantai yg masih jarang dikunjungi banyak wisatawan itu. sebuah pantai cantik dengan ombak berwarna biru kehijauan membentang. Hamparan pasir putihnya terasa sangat lembut. Pulau-pulau karang menghiasi lepas pantainya. Sinar matahari yang bersinar cerah dan langit biru membuat semuanya semakin sempurna. Pantai Watu Karung adalah nirwana.

Di balik keindahannya, Pantai Watu Karung ternyata memiliki ombak yang luar biasa. Dengan tipe reef break dan dasar laut berupa batu karang, pada saat-saat tertentu Pantai Watu Karung bisa menghasilkan barrel yang akan membuatsurfer serasa berada di surga. Baik surfer dengan goofy style maupun natural bisa berselancar di sini karena Pantai Watu Karung memiliki ombak kanan dan kiri. Tempat ini juga belum terlalu ramai, sehingga surfer bisa mengejar ombak dengan leluasa. Angin offshore biasanya datang pada bulan April - Oktober, menjadikan bulan-bulan ini adalah saat-saat terbaik untuk bercengkerama dengan barrel Watu Karung. Tahun 2009 lalu, peselancar top Indonesia Rizal Tanjung mengajak Bruce Irons, juara Rip Curl Pro Search 2008 untuk menjajal dan membuktikan betapa ombak Pantai Watu Karung adalah ombak kelas dunia.





Kolam Renang Banyu Anget


 Banyu Anget, atau dalam bahasa Jawa berarti air hangat. Kolam renang ini memang berasal dari sumber air panas Tirto Husodo di Pacitan.
Pemandian ini terletak sekitar 15 km sebelah utara pusat kota dan relatif mudah dijangkau. Jalanan relatif lebar dan rata sehingga mobil pun akan dengan mudah melewatinya.



 Terdapat 4 buah kolam di pemandian, kolam tempat sumber air panas, 2 kolam renang dewasa, dan kolam renang anak-anak. Ada larangan untuk masuk ataupun menyentuh air di kolam utama karena suhunya cukup panas.




 Air panas ini disalurkan ke dalam 3 kolam lainnya dan dicampur dengan air dingin agar suhunya sesuai dengan suhu tubuh manusia. dan tidak akan tercium bau belerang sama sekali.